Saturday, January 17, 2015

Bicara Alam

Bismillahirrahmanirrohim

Fikiran aku masih dibanjiri dengan ujian Allah yang menimpa saudara kita di Pantai Timur. Sukar untuk aku melupakan apa yang dilihat dan sukar untuk aku tidak berbuat apa-apa. Jika masa dulu fikiran ni asyik memikirkan perihal basikal, lari, blogging dan segala apa lah yang berkaitan dengan hobi, tapi sekarang aku lebih tertumpu kepada perspektif yang berlainan. Kuasa Allah dalam membuka hati kita tidak disangkalkan. Mungkin Allah sedang menjelaskan kepada aku bahawa sudah cukup hayat aku untuk diri aku sendiri. Sudah sampai masa untuk memberi manfaat. Wallahu'alam. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui. 

Tambahan lagi keadaannya bila aku ikuti paparan pesanan dan perkongsian seorang aktivitis NGO yang sudah hampir 4 minggu memanfaatkan dirinya untuk menganjur dan memberi bantuan yang tidak putus-putus kepada mangsa banjir di Kelantan. Setiap perkembangan darinya hampir setiap jam membuatkan aku berasa tidak puas hati dan tidak cukup dengan kemampuan aku ke sana tempoh hari.

Namun, Allah memberi aku masa untuk kembali ke pangkuan keluarga dan ke kampung BTHO untuk muhasabah. Sesungguhnya aku sedang cuba mengupas yang terbaik.

Kuliah malam ini ustadz mengupas tentang Bicara Alam, yang sekaligus menyentuh apa yang telah dan sedang berlaku di Pantai Timur. Kalimah Allah s.w.t. yang terbaik berkaitan dengan Bicara Alam ini ialah dari Surah (16) An-Nahl: Ayat 10 - 17. 

Sekali bacaan ayat-ayat tersebut bersama maknanya mungkin tidak begitu signifikan, akan tetapi kupasan ustadz cukup untuk membuka minda dan hati untuk bertafakkur memikirkan kehebatan dan kebesaran Pencipta kita. Allahuakbar.

Benar sekali apa yang terjadi di sana tidak terjangkau oleh fikiran kita. Sungguh, itu lah yang aku rasakan ketika berada di sana. Kelu lidah ingin menyatakan apa yang mata ini melihat. Sesuatu yang sungguh di luar jangkauan perkataan dan pemikiran. Kata-kata itu kerap keluar dari mulut ini semasa berbicara dengan teman misi. Namun, itu lah bicara alam yang sedang menyampaikan kepada kita sesuatu.

Muhasabah kita juga sekali sekala penting dalam menilai apakah pengertian di sebalik apa yang berlaku dan bukan lagi waktunya untuk menuding jari atau mengkaji punca kepada permasalahannya. Bersyukur, berfikir tentang sifat Al-Jabbar, memahami sifat Al-Hakim, mengingati sifat Ar-Rahman, dan yang memberi petunjuk adalah antara yang disentuh ustadz dalam perkongsian beliau.

Aku juga terpanggil kembali dengan lirik sebuah lagu kegemaran dari artis Indonesia sedikit masa dulu yang merupakan seorang yang puitis. 

Perjalanan ini
Terasa sangat menyedihkan
Sayang engkau tak duduk
Disampingku kawan

Banyak cerita
Yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan

Tubuhku terguncang
Dihempas batu jalanan
Hati tergetar menatap
kering rerumputan

Perjalanan ini pun
Seperti jadi saksi
Gembala kecil
Menangis sedih ...

Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika dia kutanya mengapa
Bapak ibunya telah lama mati
Ditelan bencana tanah ini

Sesampainya di laut
Kukabarkan semuanya
Kepada karang kepada ombak
Kepada matahari

Tetapi semua diam
Tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri
Terpaku menatap langit

Barangkali di sana
ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana

Mungkin Tuhan mulai bosan
Melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga
dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan
Bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada
Rumput yang bergoyang


No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.